Pages

Senin, 07 Maret 2011

Mesir Yang Bergejolak



Mencermati konstelasi politik di Timur Tengah terutama semenjak Revolusi di Tunisia, kini menginspirasi hal serupa di beberapa negara lainnya di kawasan Timur Tengah.Demonstrasi di Mesir adalah demonstrasi besar - besaran yang terjadi di seluruh Mesir menuntut agar Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk melepaskan jabatannya. Aksi ini merupakan salah satu aksi revolusi seperti yang terjadi di Tunisia. Pemerintah berusaha meredam usaha para demonstran yang menggalang aksinya dari internet dengan cara memberhentikan saluran internet dan komunikasi hingga batas waktu yang tidak ditentukan.Putra dari Presiden, Gamal Mubarak dilaporkan telah meninggalkan Mesir dan menuju London bersama keluarga Quote: Sekilas tentang Mesir: Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر, Maṣr) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur. Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah


Mesir Dukung Konferensi Perdamaian Timur Tengah

KAIRO : Pemerintah Mesir menjanjikan kepada menteri luar negeri AS, Condoleezza Rice, akan mendukung konferensi perdamaian Timur Tengah, yang rencananya akan digelar akhir bulan November di AS.

Mesir Bergolak, WNI Tercerai-berai


Liputan6.com, Kairo: Memanasnya situasi di Mesir berdampak besar bagi warga negara Indonesia (WNI) di negara itu, Rabu (2/2). Berbagai masalah menimpa mereka, dari terpisah dari orangtua hingga kehilangan pekerjaan. Dan semuanya bercampur di dalam peswata yang mengevakuasi mereka.

Afna dan Alla duduk diam di bangku pesawat. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pun mereka tidak mengerti kenapa harus pulang ke Indonesia, sedangkan orangtuanya masih di Mesir untuk mengurus dokumen-dokumen penting.

Di deretan kursi lain, puluhan anak-anak dan bayi terpaksa dievakuasi tanpa orangtua mereka. Ratusan warga negara Indonesia lain, baik tua maupun muda, juga mengalami kegundahan.

Tidak terkecuali Martina Siregar, wanita asal Medan, Sumatera Utara. Ia harus pulang, program S2 yang diikutinya hampir selesai. Hal itu juga dialami Endang. Ia meninggalkan bangku kuliah, bahkan dalam keadaan baru saja melahirkan.(CHR/SHA)

Ratusan Warga Indonesia Tiba dari Mesir

Liputan6.com, Tangerang: Sebanyak 415 warga Indonesia yang dievakuasi dari Mesir tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (2/2) siang. Kedatangan mereka disambut sejumlah menteri yang berdiri tepat di muka tangga pesawat. Setelah disalami, mereka dipersilakan masuk ke terminal haji untuk menerima sambutan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebagian besar dari mereka yang dievakuasi pada kloter pertama ini adalah para ibu, wanita, anak-anak, bahkan bayi. Mereka mengaku bersyukur bisa tiba di Tanah Air dengan selamat.

Seperti diberitakan, ada lebih dari 6.000 Indonesia yang kini berada di Mesir. Mereka umumnya tinggal di Negeri Piramid itu menjadi pelajar serta pekerja. Pemerintah memutuskan untuk mengevakuasi mereka menyusul situasi politik di Mesir yang panas setelah gelombang demonstrasi yang tak kunjung reda menuntut Presiden Hosni Mubarak mundur.(BOG)

Sebanyak 21 Mahasiswa Tiba dari Mesir


Liputan6.com, Palembang: Suasana haru menyelimuti kedatangan delapan mahasiswa asal Sumatera Selatan yang menimba ilmu di Kairo, Mesir, di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumsel. Di antara mereka ada yang sudah menikah dan membawa tiga anaknya yang masih kecil termasuk bayi berumur enam bulan, Kamis (3/2).

Para mahasiswa ini berasal dari Pagaralam, Banyuasin, Lubuklinggau dan Palembang. Sebenarnya, ada 21 mahasiswa asal Sumsel yang berhasil tiba di Tanah Air. Namun, 13 lainnya telah dijemput keluarga masing-masing di Jakarta. Mahasiswa yang telah kembali ke Indonesia ini terbilang beruntung karena menjadi yang pertama dari ribuan lainnya setelah berhasil meninggalkan Mesir.

Sedangkan di Grobogan, Jawa Tengah, kedua orangtua Ulfiya Nur Faiqoh, mahasiswi Al-Azhar Kairo, dilanda kegalauan. Meski sudah bisa dihubungi lewat telepon seluler, namun Ulfiya belum mendapat giliran untuk dievakuasi.

Terlebih, persediaan makanan dan uang saku Ulfiya kian menipis. Ia berharap pemerintah memperhatikan kebutuhan pangan para WNI yang tinggal di Mesir selama menunggu giliran dievakuasi.(YUS)

Pendukung Mubarak Coba Kepung Tahrir Square


Liputan6.com, Kairo: Ribuan pendukung Presiden Mesir Hosni Mubarak mencoba menguasai jalan-jalan menuju Tahrir Square di pusat kota Kairo, tempat terkonsentrasinya para pengunjuk rasa oposisi anti-Mubarak. Namun, massa pro-Mubarak dihalau tentara agar menjauh dari lapangan tersebut.Kelompok pro-Mubarak mulai tampak dari Jalan Qasrul Aini, arah sebelah barat Tahrir. "Hidup Mesir, hidup pahlawan kami Mubarak," teriak pendukung orang nomor satu di Negeri Piramida itu.

Pada Jumat pagi, jalan-jalan menuju ke Tahrir tampak sepi. Namun sekitar pukul 08.30 waktu setempat atau setengah jam setelah berlalunya pemberlakuan jam malam, para pendukung Mubarak mulai terlihat dari arah Jalan Qasrul Aini. Adapun jam malam berlaku mulai pukul 15.00 hingga pukul 08.00 pagi sejak Jumat pekan lalu.

Pendukung Mubarak juga datang dari Jalan Cornesh Nil dan dari sisi kanan Gedung Museum Nasional. Saling lempar batu dan bom molotov pun kembali pecah, setelah beberapa jam tenang. Sejumlah tentara bersenjata lengkap berusaha membuat barikade untuk memisahkan kedua kelompok berseberangan tersebut. Namun, para prajurit kewalahan menahan saling lempar batu dan bom molotov dari kedua pihak.

Seorang tentara terlihat lari terbirit-birit sambil memegang kepalanya yang berdarah terkena lemparan batu. Rentetan tembakan sporadis terdengar dari Cornesh Nil, namun belum jelas siapa yang menembak.

Seorang wartawan foto dari Suriah yang sedang mengambil gambar didorong oleh beberapa tentara untuk menjauh. Sementara, sejumlah wartawan asing bergerombol di Jalan Talat Harb, sisi sebelah timur Tahrir karena dilarang masuk bundaran tersebut.

Beberapa wartawan mengatakan mereka telah mencoba masuk ke Tahrir dari sisi Jalan Qasrul Aini melewati jalan belakang Kampus Universitas Amerika, namun dihalau keluar oleh tentara. "Waduh, gawat ini," teriak seorang wartawati Prancis sambil menenteng kameranya.

Semua wartawan yang mendekati Tahrir diperiksa identitas kartu wartawannya. Begitu pula setiap orang yang memasuki kawasan Bundaran Tahrir diperiksa identitasnya oleh tentara. Polisi hingga saat ini belum berfungsi sejak Jumat pekan lalu.

Sebelumnya di beberapa sisi jalan di bawah Jembatan Sitta Oktober, arah utara Tahrir, tampak sejumlah dokter relawan pria dan wanita sibuk mengobati korban luka memar. Ameer, seorang pengunjuk rasa anti-Mubarak mengatakan mereka akan terus bertahan di Tahrir hingga Mubarak jatuh.

"Kami akan salat Jumat di Tahrir dan akan tetap berada di sana," kata Ameer, yang baru saja menjalani pengobatan akibat luka terkena batu di keningnya, sambil meminta botol berisi air minum dari tangan wartawan Antara.

Kalangan Oposisi merencanakan kembali akan melancarkan aksi demonstrasi seusai salat Jumat, sebagaimana dilakukan pekan lalu yang disebut "Revolusi Jumat."(ANS/Ant).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar